Palu (Humas Kemenag Kota Palu) — Ibadah puasa digolongkan ke dalam beberapa tingkatan. pertama, puasa lahir atau syariat, yaitu puasa yang diperintahkan oleh syariah agama, dengan tidak makan, minum, dan berhubungan badan sejak fajar sampai matahari terbenam. kedua, yaitu puasa batin atau puasa tarekat dengan cara menjaga semua anggota tubuh dan pikirannya dari segala perbuatan yang dilarang. Maknanya, menjauhi segala yang tercela baik dari aspek lahiriah maupun batiniah.
Demikian disampaikan Kakankemenag Kota Palu, H. Nasruddin L. Midu dalam acara dialog Ramadhan, Kerjasama Kementerian Agama Kota Palu dengan LPP RRI Palu dengan presenter Wa Ode Rina Mustika, diselenggarakan di Kantor LPP RRI Palu, Jumat (24/3/2023).
Menurutnya, setiap ibadah yang dilakukan, selalu terdapat aspek lahir dan batin. Seorang muslim yang mendekat kepada Allah senantiasa berupaya membersihkan diri dari keterikatan lahiriah atau duniawi dan mendekatkan diri pada hal-hal yang membawa kepada cinta ilahiah.
“Orang yang memahami bentuk batiniah puasa, akan mendapatkan dua kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan pertama saat berbuka. Ini merupakan simbol ketika seseorang yang beriman masuk ke dalam surga. Kebahagiaan kedua apabila bertemu dengan Tuhannya, yakni kebahagiaan ketika orang beriman melihat kebenaran Allah dengan mata hatinya,” ujar Nasruddin.
Lebih lanjut, Ia katakan hawa nafsu yang selama ini memperbudak kita selama bertahun-tahun melalui keinginan dan ambisinya, seringkali tidak mampu lepas dari kendalinya. Maka hadirnya bulan suci Ramdhan sebagai sarana untuk melatih diri mengendalikan hawa nafsu, yaitu menahan diri dari makan, minum dan segala hal yang dapat membatalkan dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari.
Selain itu, perbedaan antara seseorang yang sekedar mengerjakan puasa syariat dan mereka yang melaksanakan puasa tarekat adalah waktunya. Puasa syariat dibatasi waktu, sedangkan puasa tarekat berjalan terus-menerus selama seseorang hidup dalam dunia ini, karena selama itu pula tetap mengendalikan diri dari hal yang negatif.
“Ibadah puasa yang dilaksanakan baik melalui puasa syariat maupun tarekat keduanya bertujuan agar cinta Allah dapat diraih dan menempati hati seorang manusia, maka yang harus dilakukan adalah menyucikan diri dari hawa nafsu dan menjauhkan diri dari kebiasaan buruk,” pungkasnya. (kasman)