Palu (Humas Kemenag Kota Palu) – Pola Pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah hampir sama dengan pendidikan pada periode khulafaurrasyidin. Namun pada masa Bani Umayyah pendidikan Islam lebih mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini dijelaskan Kepala MTsN 4 Palu, Dr. Taufik, S.Ag., M.Ag dalam acara dialog religi interaktif, dengan presenter Umi Kalsum di LPP-RRI Palu,  Rabu (26/10/2022).

Menurutnya, Pendidikan Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejalan dengan berkembangnya Islam itu sendiri. Mengenai sejarah pendidikan Islam tidak bisa terlepas dari sejarah peradaban Islam. Jadi, dapat dikatakan bahwa periode pendidikan Islam sama dengan periode sejarah peradaban Islam.

Ia juga mengungkapkan, pada masa Bani Umayyah berkembangnya pendidikan Islam tidak lepas dari perluasan wilayah kekuasaan Islam, yang diikuti oleh para ulama dan guru-guru agama yang juga ikut bersama-sama melakukan ekspansi wilayah, sehingga bertambah luas dan berkemajuan pesat.

Selain itu, Pada masa tersebut, pakar pendidikan Islam menggunakan kata Al-Maddah untuk pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum lebih identik dengan serangkaian mata pelajaran yang harus diberikan pada murid dalam tingkatan tertentu,” ujar Taufik.

“Seiring dengan perjalanan waktu, kurikulum mulai berkembang dan cakupannya lebih luas, yaitu mencakup segala aspek yang mempengaruhi pribadi siswa. Kurikulum dalam pengertian yang modern mencakup tujuan, mata pelajaran, proses belajar dan mengajar serta evaluasi,” tambahnya.

Sementara itu, Pendidikan Islam di masa Dinasti Umayah masih didominasi oleh metode bayani, yakni pendidikan bertumpu dan bersumber pada nash-nash agama yang bersumber dari Al Quran, Sunnah, Ijma, dan Fatwa Sahabat.

Ia juga memaparkan, metode bayani dalam pendidikan Islam saat itu lebih bersifat eksplanatif, yakni sekedar menjelaskan ajaran-ajaran agama saja. Secara khusus, metode ceramah dan demonstrasi yang banyak digunakan dalam institusi pendidikan yang ada di zaman itu.

Kesempatan yang sama Taufik mengemukakan, lembaga pendidikan Islam pada masa itu diklasifikasikan atas dasar muatan kurikulum yang diajarkan. Dalam hal ini, kurikulumnya meliputi pengetahuan agama, Lembaga pendidikan formal dan pengetahuan umum atau non formal.

Lembaga pendidikan Islam yang ada sebelum kebangkitan madrasah pada masa Bani Umayyah yaitu, Shuffah, merupakan suatu tempat yang telah dipakai untuk aktivitas pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan tempat pemondokan bagi pendatang baru dan mereka tergolong miskin. Para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al Quran secara benar dan mempelajari hukum Islam,” ucap Taufik.

Selain itu, ada juga Kuttab/Maktab, Lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran Al Quran dan pengetahuan agama tingkat dasar. Masjid Semenjak berdirinya, pada masa Nabi Muhammad Saw, telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial ekonomi.

Halaqah bermakna lingkaran, proses belajar mengajar di sini dilaksanakan de gan cara murid-murid melingkari gurunya. “Seorang guru biasanya duduk dilantai menerangkan, membacakan karangannya, atau memberikan komentar atas karya pemikiran orang lain. Kegiatan halaqah ini bisa terjadi di Masjid atau di rumah-rumah,” imbuhnya.

Selain itu ada yang disebut Badi’ah, artinya dusun Badui di padang sahara yang di dalamnya terdapat bahasa Arab yang masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Lembaga Pendidikan ini muncul seiring dengan kebijakan pemerintahan Bani Umayyah untuk melakukan program Arabisasi yang digagas oleh khalifah Abdul Malik Ibn Marwan,” sebut Taufik.

Adanya interaksi yang baik antara guru dan murid inilah, yang menciptakan suatu keharmonisan dalam proses pembelajaran Pendidikan Islam sebagai ilmu pengetahuan. Pencarian ilmu yang dilakukan oleh pencinta ilmu dengan cara mengembara ke berbagai wilayah lain untuk belajar kepada ulama tertentu berkolaborasi budaya setempat dengan Islam,” pungkasnya.

Similar Posts