Palu (Humas Kemenag Kota Palu) — Sebagai seorang pemimpin umat Islam, Nabi Muhammad saw memiliki pola model kepemimpinan yang dapat diterima seluruh masyarakat beragam etnis, ras, dan agama. Karenanya, sebagai umat Islam, terutama yang ingin menjadi pemimpin, sudah selayaknya meneladani Rasulullah saw sebagai contoh figur, kiblat dalam memimpin.

Hal ini diungkapkan Kepala KUA Palu Barat, Dr. H. Haerullah Muh. Arief, M.H.I, dalam acara dialog religi interaktif dengan mengusung tema “Meneladani Sifat Kepemimpinan Nabi Muhammad saw” Kerjasama antara LPP-RRI Palu dengan Kantor Kementerian Agama Kota Palu. Kegiatan tersebut dipandu presenter Waode Rina Mustika, di LPP-RRI Palu, Selasa (4/10/2022).

Haerullah menjelaskan, kepemimpinan profetik (prophetic leadership) merupakan kepemimpinan yang menerapkan karakter para Nabi, terutama Nabi Muhammad saw. Pemimpin dari sekalian manusia yakni Nabi Muhammad saw, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat karena memiliki hak untuk memberi syafaat. Dirinya juga menyebut, penerapan kepemimpinan Nabi Muhammad saw dengan cara meneladani empat sifat yang menjadi karakternya, yaitu siddik, amanah, tabligh, dan fathanah.

Menurutnya, pemimpin harus menjadi orang yang jujur, bertindak benar, dan memiliki kepribadian integritas, kesesuaian antara pikiran, ucapan, dan perbuatan. Ia juga mengatakan dengan sifat siddik, harus menolak segala bentuk kebohongan, dan senantiasa memperjuangkan kebenaran untuk kemakmuran rakyatnya.” ungkap Haerullah.

Ia menambahkan, sebagai seorang pemimpin yang diberikan amanah berupa jabatan dalam kepemimpinannya harus dipikul dan pertanggungjawabkan kepada Allah swt. Selain itu sifat tabligh yang dimiliki, menuntut pemimpin untuk selalu komunikatif, dalam menyampaikan kebijakan maupun mendengar keluhan masyarakatnya.

Sementara itu, kecerdasan Rasulullah membaca hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi saat itu melahirkan ide gemilang menuju perubahan masyarakat. pemimpin harus memiliki sifat fathanah, agar cerdas menyelesaikan masalah, arif dalam mengambil kebijakan. “Pemimpin profetik juga harus memiliki kecerdasan rohani sehingga hatinya tetap memiliki hubungan yang kuat dengan Allah swt sehingga, kebijakannya selalu berpihak untuk rakyatnya.” jelasnya.

Lanjutnya, kepemimpinan profetik perlu dimiliki setiap pemimpin, terlebih lagi mau mengkaji dan mentadabburi Al-quran, mengamalkan, dan mengajarkan kepada orang lain. “Untuk itu, umat Islam yang memperoleh amanah sebagai pemimpin, tetapi enggan atau jauh dari Alquran, niscaya hatinya akan keras, tertutup dari cahaya dan pertolongan Allah swt. Padahal, menjalankan amanah sebagai pemimpin butuh pertolongan-Nya.” ujar Haerullah.

Ustad Haerullah yang sapaan akrabnya juga menjelaskan, Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman”.

Lanjut Ia jelaskan inilah pemimpin sejati yang memiliki kepekaan atas kesulitan rakyatnya. Nabi Muhammad juga amat sangat berkeinginan agar umatnya aman, sentosa, dan selamat dunia akhirat. Kepemimpinan profetik memiliki semangat yang tinggi untuk mewujudkan rakyatnya berprestasi sehingga bangsanya meraih kemajuan gemilang (sense of achievement).” imbuhnya.

Selain itu, Nabi Muhammad saw juga memiliki sifat kasih sayang terhadap umatnya, bahkan orang-orang yang memusuhinya. “Ia tidak pernah menginginkan kebinasaan ditimpakan pada orang lain, tidak pernah menyerang kecuali dalam mempertahankan diri dari serangan musuh dalam peperangan.” tandasnya.

Olehnya itu, sosok pemimpin dalam setiap akivitas semestinya meneladani Rasulullah yang menjadi figur, penuh dengan mahabbah, rasa cinta. Bagi kaum muslimin, kepemimpinan dan keindahan akhlaknya sungguh menarik banyak perhatian setiap orang yang mengenalnya saat itu. Tampilan perilaku dan kesantunannya tercermin dalam sikap kesehariannya sebagai seorang pemimpin.” pungkas Haerullah.

Similar Posts