Palu (Humas Kemenag Kota Palu) — Pendidikan Islam merupakan salah satu pilar pembentukan karakter. Karakter akan tumbuh dengan baik jika dimulai dari tertanamnya jiwa keberagaman pada anak. Oleh karena itu pendidikan Islam di sekolah atau madrasah menjadi salah satu penunjang pembentukan karakter. Hal ini disampaikan JF Pranata Humas Kemenag Kota Palu, Dr. Muhammad Kasman, S.Sos.I., M.Pd pada acara kajian religi, dialog interaktif, dengan presenter Wa Ode Rina Mustika, di LPP-RRI Palu, (3/10/2022).
Muhammad Kasman mengungkapkan, karakter merupakan watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan antara seorang individu dengan individu lainnya, karakter dapat juga disebut sebagai keadaan yang sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang menjadi pembeda antara dirinya dengan orang lain.
Menurutnya, penanaman karakter kepada anak sejak dini berarti ikut mempersiapkan generasi bangsa yang berkarakter, mereka calon generasi yang diharapkan mampu memimpin bangsa dan menjadikan negara yang berperadaban. “Menjunjung tinggi nilai luhur bangsa, akhlak dan budi pekerti yang baik serta menjadi generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dan menghiasi dirinya dengan iman dan taqwa.” ucapnya.
Lanjut Ia menyebut, karakter bisa dihubungkan dengan istilah etika, akhlak, dan nilai yang berkaitan kekuatan moral. Oleh karena itu karakter secara lebih luas dapat dimaknai sebagai peningkatan nilai budaya untuk dirinya, anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
“Pembentukan karakter bukanlah berupa materi yang hanya bisa dicatat dan dihafalkan, Tetapi karakter merupakan sebuah pembelajaran yang terimplementasi dalam semua kegiatan siswa, baik di sekolah atau madrasah, di masyarakat, dan lingkungan keluarga melalui proses pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara berkesinambungan.” ujar Kasman.
Selain itu, pendidikan Islam mengajarkan pentingnya penanaman akhlak yang dimulai dari kesadaran beragama pada anak. Ia menyebut, mengajarkan aqidah sebagai dasar keagamaannya, mengajarkan al quran dan hadits sebagai pedoman hidupnya, mengajarkan fiqih sebagai rambu-rambu hukum dalam beribadah, mengajarkan sejarah Islam sebagai sebuah keteladan hidup, dan mengajarkan akhlak sebagai pedoman perilaku manusia dengan kategori baik atau buruk.
“Evaluasi dari keberhasilan pembentukan karakter, tentunya tidak dapat dinilai dengan angka-angka, tetapi barometer dari keberhasilan tersebut yakni terbentuknya peserta didik yang berkarakter, berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif, yang terimplementasi dalam kehidupan di sepanjang hayatnya.” imbuhnya.
Dirinya juga menjelaskan, tujuan utama dari pembelajaran pendidikan Islam adalah pembentukan karakter, kepribadian pada diri anak yang tercermin dalam pola pikir dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran pendidikan Islam tidak hanya menjadi tanggung jawab guru seorang diri, tetapi dibutuhkan dukungan dari seluruh komunitas di sekolah atau madrasah, masyarakat, dan lebih penting lagi lingkungan keluarga yang harmnonis.
“Sekolah atau madrasah harus mampu mengkoordinir serta mengkomunikasikan pola pembelajaran pendidikan Islam terhadap anak sebagai sebuah rangkaian stakeholder yang saling mendukung dan menjaga demi terbentuknya siswa yang berakhlak, berbudi pekerti luhur dan berkarakter.” tandasnya.