Palu (Humas Kemenag) – Jujur merupakan salah satu ciri karakter remaja qurani. Kejujuran sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam segala hal, tentu saja kerja keras, usaha, dan nasib baik. Harus meyakini bahwa kejujuran sangatlah penting dalam kehidupan ini, karena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua aktifitas yang kita jalani. Hal ini disampaikan H. Haerullah M. Arief pada acara kajian religi, dialog interaktif di LPP-RRI Palu, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, jujur merupakan suatu sikap yang lurus dari dalam hati, menyatakan yang sebenarnya tidak berbohong dan berkata sesuai fakta, melakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang berlaku. Jujur juga bisa bermakna kesesuaian antara niat dengan ucapan dan perbuatan seseorang.
“Sifat jujur sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap remaja. Berusaha untuk selalu jujur dalam hal apapun baik lisan maupun perbuatan. Sifat ini menjadi dasar dan patokan sebuah kepercayaan terhadap orang lain.” ujar Haerullah.
Selain itu, Haerullah menyebut bahwa dialogis juga menjadi ciri karakter remaja qurani. Menurutnya pendidikan anak remaja harus menjadi tanggung jawab yang seimbang antara ayah dengan ibu karena anak memerlukan sosok keduanya. Peran ayah dan ibu akan memberikan andil besar bagi keberhasilan pendidikan anak-anak remaja. Mengambil inspirasi, spirit dalam Al Qur’an maka, seorang ayah memang dituntut untuk lebih banyak dialog dengan anak.
“Berdialog hal yang langka yang saat ini tidak banyak dijumpai antara orang tua dan anaknya. Karena kesibukan orang tua, berangkat pagi untuk bekerja dan pulang sudah larut malam, sehingga tidak adanya waktu bersama di dalam rumah. Hal ini jika diteruskan menjadikan dialog antara anggota keluarga semakin terkisis.” ucapnya.
Dirinya juga mengatakan, orang tua tidak boleh lupa, bahwa anak harus diajari berdialog. Dialog ini bukan tanpa dasar. Justru ini adalah ajaran dari para nabi terdahulu. Di dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang menjelaskan dialog antara orang tua dan anaknya. Seperti dicontohkan Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail.
Sementara itu, Kepala KUA tersebut memaparkan, toleransi juga menjadi ciri karakter remaja qurani. Banyak perbedaan yang sering terjadi di sekitar kita dan membutuhkan toleransi yang tinggi. Namun, banyak anak yang belum memahami konsep perbedaan dan keberagaman. Maka dari itu, menumbuhkan sikap toleransi pada anak merupakan tanggung jawab orangtua.
“Harus diketahui bahwa, perilaku anak merupakan cerminan dari perilaku orang tuanya. Oleh karena itu, orangtua harus mencontohkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berbicara dengan ramah kepada sesama manusia tanpa melihat perbedaan dan latar belakang.” sebutnya.
Selain itu kata ustad Haerullah, seorang anak remaja harus lemah lembut dalam bersikap, karena kelembutan merupakan sifat yang terpuji di hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahkan di hadapan seluruh manusia. “Fitrah manusia yang cenderung mencintai kelembutan merupakan wujud kasih sayang.” jelasnya.
“Menurutnya, bila sifat lemah lembut ini ada pada anak remaja, dan menghiasi dirinya maka akan menjadi indah dalam pandangan manusia dan lebih dari itu dalam pandangan Allah SWT. Sebaliknya jika memiliki sifat yang kasar, angkuh, dan keras hati niscaya akan menjadikan dirinya jelek dan tercela di hadapan manusia.” tandasnya.
Kelembutan hati merupakan pintu kebaikan. “Pribadi remaja yang diliputi rahmat dan kasih sayang akan melihat orang lain dengan cinta kasih dan sayang pula, termasuk kepada kedua orang tuanya. Kelembutan hati, kejujuran, toleransi dan dialogis merupakan pengikat dan perekat persaudaraan antar sesama, karena dengan hal tersebut menjadi bagian dari karakter anak remaja yang qurani.” pungkas Haerullah.